Aglonemaku: Madame Suroyo
Suatu saat, orang-orang tertentu dapat
mempersembahkan sebuah karya yang spektakuler kepada dunia. Seluruh warga
negara Indonesia khususnya, pasti masih terngiang akan maha karya mantan
presiden Republik Indonesia, B.J. Habibie. Karya itu mewujud sebuah pesawat terbang
N250 yang diproduksi di P.T. Dirgantara Indonesia. Maha karya itu dilekati nama salah satu tokoh pewayangan yang memiliki
kesaktian mampu terbang di angkasa. Tersebutlah pesawat N250 Gatotkaca.
Sepertinya,
nama ‘Gatotkaca’ untuk sebuah pesawat terbang, bukan tanpa alasan. Salah satu
manusia jenius di dunia ini, B.J. Habibie, pasti dengan pertimbangan yang
matang akan nama yang dilekatkan kepada karya
besarnya. Sudut pandang atau latar belakang apa pun yang digunakan untuk
melahirkan sebuah nama, itu hak prerogatif yang menciptakan nama itu. Tanpa ada
celah sedikit pun untuk kita intervensi di dalamnya. Sama halnya pada karya
besar Greg Hambali. Bapak aglonema tersebut,
melekatkan nama ‘Madame Suroyo’,
pada tanaman hias hasil silangannya.
“Aglonema
Madame Suroyo, dirilis pada tahun 2004.” tutur pecinta aglonema. Nama tersebut diambil dari nama seorang
kolektor aglonema yang bertempat tinggal di Jakarta Selatan, Tati Suroyo. Dia
sahabat baik dari seorang Greg Hambali. Pemberian nama pada aglonema hasil
silangan terbarunya (pada saat itu), dimaksudkan sebagai hadiah ulang tahun
ke-80 untuk Tati Suroyo. Kado ulang tahun yang selalu terkenang sepanjang masa.
Aglonema
Madame Suroyo memiliki warna dasar daun, hijau tua. Tulang-tulang daunnya
menyerupai tulang ikan. Berawal dari tulang tunggal bagian tengah, menyambung
berupa tulang-tulang kecil menuju tepi daun. Tulang daun Madame Suroyo berwarna
merah muda. Hingga tangkai daun dan pohon aglonema berdaun panjang ini, masih
berwarna pink. Sekilas, dedaun dan tampilan Madame Suroyo, mirip dengan
aglonema klasik, Pride of Sumatra.
Aglonema
dengan pancaran kharisma tersendiri ini, masih dibandrol dengan harga cukup
tinggi. Seluruh aglonema hasil silangan Greg Hambali, tidak diproduksi
besar-besaran, termasuk Madame Suroyo. Maka dari itu, keberadaan atau jumlah
aglonema ini tidak begitu banyak. Barangkali hal itulah yang menyebabkan Madame
Suroyo harus ditukar dengan merogoh kocek agak dalam.
Komentar
Posting Komentar